Saat pintu Langit dibuka


BERDASARKAN hadis Rasulullah SAW, pintu langit terbuka pada waktu-waktu tertentu. Saat itu diyakini sebagai saat terbaik untuk memanjatkan doa dan permohonan kepada Allah yang Maha Kuasa.
Kapan sajakah pintu-pintu langit dibukakan? Waktu-waktu yang dibukakan pintu langit didalamnya adalah :

1. Sebelum zuhur

Berdasarkan sabda Rasulullah saw,"Sesungguhnya pintu-pintu langit dibuka hingga tergelincir matahari dan tidaklah tertutup hingga shalat zhuhur maka aku ingin saat itu yang naik bagiku adalah suatu kebaikan." (Shahih at Targhib, 584)

2. Saat melaksanakan salat sunah qobliyah zuhur

Berdasarkan sabda Rasulullah saw, "Empat rakaat sebelum zuhur tanpa salam di antara rakaat-rakaatnya maka terbukalah pintu-pintu langit." (Shahih al Jami, 885)

3. Saat berkumandang azan

Berdasarkan sabda Rasulullah saw, "Apabila seorang muazin mengumandangkan azan maka terbukalah pintu-pintu langit dan dikabulkanlah doa." (shahih al Jami 803)

4. Tatkala menanti dua salat

Berdasarkan sabda Rasulullah saw, "Bergembiralah kalian, Ini adalah Tuhan kalian sungguh Dia swt telah membuka satu pintu dari pintu-pintu langit dan membanggakan kalian di hadapan para malaikat dengan mengatakan,Kalian lihatlah hamba-hamba-Ku, mereka telah menyelesaikan suatu kewajibannya dan menanti kewajiban yang lainnya." (ash Shaihah 661, sunan Ibnu Majah 850)

5. Di tengah malam

Berdasarkan sabda Rasulullah saw, "Pintu-pintu langit dibuka pada saat tengah malam lalu ada suara yang memanggil,Apakah ada orang yang berdoa? Lalu orang itu pun dikabulkan. Apakah ada orang yang meminta? Lalu orang itu pun diberikan. Apakah ada orang yang dalam kesulitan? Lalu orang itu pun dilapangkan." (Shahih al Jami 376)

6. Saat berdoa dengan mengucapkan Allahu Akbar Kabiron Walhamdulillah Katsiron Wa Subhanallahu Bukarotan Wa Ashilan. 

Ketika kami melaksanakan salat bersama Rasulullah saw, lalu ada seseorang yang mengatakan, "Allahu Akbar Kabiron Wal hamdulillah Katsiron Wa Subhanallahu Bukrotan wa Ashilan."
Lalu Rasulullah saw bersabda,"Siapakah yang mengatakan kalimat ini dan itu. Lalu orang itu berkata,Saya wahai Rasulullah saw. Beliau bersabda, "Aku tertegun dengannya dan pintu-pintu langit pun terbuka. Ibnu Umar berkata,Aku pun tidak pernah meninggalkan kalimat-kalimat itu sejak mendengar sabda Rasulullah itu." (Shahih Muslim).
Saat pintu-pintu langit terbuka ini merupakan salah satu dari waktu mulia yang dianjurkan untuk berdoa didalamnya sebagaimana perkataan Abu Hurairoh,"Sesungguhnya pintu-pintu langit terbuka saat barisan (kaum muslimin) yang berjihad di jalan Allah melakukan penyerangan, ketika turun hujan lebat, ketika iqomat untuk melaksanakan shalat wajib maka raihlah keberuntungan didalamnya dengan berdoa." (al Mausuah al Fiqhiyah juz II hal 7163)
Adapun tentang dimana kedudukan lapisan langit yang sebenarnya maka hanya Allah lah yang mengetahuinya namun jika kita melihat arti dari langit atau sama didalam bahasa arabnya, menurut az Zajjaj bahwa makna sama (langit) secara bahasa adalah segala sesuatu yang tinggi dan berada diatas dan setiap atap adalah langit. Dari sini bisa dikatakan bahwa awan adalah langit karena ia berada tinggi diatas. langit adalah segala sesuatu yang ada diatasmu dan menaungimu. (Lisan al Arab juz XIV hal 397)
Yang jelas bahwa Allah swt telah memberitahukan bahwa lapisan langit ini sebagaimana lapisan bumi berjumlah tujuh, didalam firman-Nya :Artinya : "Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi." (QS. Ath Thalaq : 12)
Dan jarak antara satu langit dengan langit yang lainnya mencapai lima ratus tahun, sebagaimana diriwayatkan oleh Ahmad dan Tirmidzi dari Abu Hurairoh,"Sesungguhnya antara satu langit dengan langit yang lainnya berjarak lima ratus tahun, dan sesungguhnya bangunan setiap langit sama seperti itu. Dan antara satu bumi dengan bumi yang lainnya berjarak lima ratus tahun."
Diriwayatkan pula oleh Ishaq bin Rohuwaih dan al Bazzar dari hadits Abu Dzar serupa dengan itu,"Antara setiap langit dengan langit yang lainnya berjarak tujuh puluh satu atau tujuh puluh dua tahun."
Kedua hadits tersebut dapat digabungkan yang berarti bahwa perbedaan jarak diantara keduanya adalah tergantung dari cepat atau lambat perjalanannya. (Fathul Bari juz VI hal 317). [Ustaz Sigit Pranowo Lc/eramuslim]

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.